Untuk bioreaktor
skala laboratorium yang berukuran 1,5-2,5 L umumnya terbuat dari bahan kaca
atau borosilikat,
namun untuk skala industri, umunya digunakan bahan baja tahan karat (stainless steel)
yang tahan karat. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kontaminasi senyawa metal
pada saat fermentasi terjadi di dalamnya. Untuk mencegah kontaminasi, bagian
atas biorektor dapat ditambahkan dengan segel
aseptis (aseptic seal) yang terbuat dari campuran metal-kaca
atau metal-metal, seperti O-ring dan gasket. Untuk meratakan media di
dalam bioreaktor digunakan alat pengaduk yang disebut agitator atau impeler.
Sementara itu, untuk asupan udara dari luar ke dalam sistem biorektor digunakan
sistem aerasi
yang berupa sparger. Untuk bioreaktor aerob,
biasanya digunakan kombinasi sparger-agitator sehingga pertumbuhan
mikrooganisme dapat berlangsung dengan baik.
Pada bagian
dalam bioreaktor, dipasang suatu sekat
yang disebut baffle untuk mecegah vorteks
dan meningkatkan efisiensi aerasi. Baffle ini merupakan metal dengan
ukuran 1/10 diameter bioreaktor dan menempel secara radial di dindingnya.
Berdasarkan
tingkat aseptis
maka sistem bioreaktor terbagi menjadi 2, yaitu bioreaktor sistem non aseptis
(untuk pengolahan limbah)
dan bioreaktor sistem aseptis (untuk produksi
sel
dan produksi metabolit).
Untuk bioreaktor sistem aseptis diperlukan sterilisasi
bioreaktor pada suhu dan tekanan yang tinggi. Sedangkan, berdasarkan pemberian substrat
maka sistem fermentasi dalam bioreaktor terbagi menjadi tiga, yaitu batch
fermentation, continuous batch fermentation, dan fed batch
fermentation.
Awalnya
bioreaktor hanya digunakan untuk memproduksi ragi,
ekstrak khamir,
cuka,
dan alkohol.
Namun, alat ini telah digunakan secara luas untuk menghasilkan berbagai macam
produk dari makhluk hidup seperti antibiotik, berbagai jenis enzim,
protein sel
tunggal, asam
amino, dan senyawa metabolit sekunder
lainnya.
Untuk menjaga
kondisi dalam bioreaktor agar tetap terkontrol, digunakan sensor
pH,
suhu,
anti-buih, dan oksigen
terlarut (DO). Apabila kondisi di dalam sel mengalami perubahan, sensor akan
memperingatkan dan harus dilakukan perlakuan tertentu untuk mempertahankan
kondisi di dalam bioreactor. Misalkan terjadi perubahan pH maka harus
ditambahkan larutan asam
atau basa
untuk menjaga kestabilan pH. Penambahan zat ini dapat dilakukan secara manual
namun juga dapat dilakukan secara otomatis menggunakan bantuan pompa
peristaltik.[1]
Selain asam dan basa, pompa peristaltik
juga membantu penambahan anti-buih
dan substrat
ke dalam bioreaktor.
Faktor
produksi
•Biaya
•Kemudahan
mendapatkan bahan
•Ketersediaan
dan mutu tenaga kerja
•Keadaan
pasar
•Ketersediaan
energi
•Aturan
kerja dan keselamatan
•Undang-Undang
tentang pembatasan polusi lingkungan
•Nilai ekonomis hasil
samping produk
0 Komentar