PENDAHULUAN
Lautan yang
meliputi dua per tiga permukaan bumi, menerima energi panas yang berasal dari
penyinaran matahari. Lautan befungsi sebagai suatu penampungan yang cukup besar
dari energi surya yang mencapai bumi. Kira-kira seperempat dari daya surya
sebesar 1,7 x 1017 watt yang mencapai atmosfer diserap oleh lautan.
Selain itu, air laut juga menerima energi panas yang berasal dari panas bumi,
yaitu magma yang berasal dari bawah laut. Pemanasan dari permukaan air di
daerah tropical mengakibatkan permukaaan air laut memiliki suhu kira-kira 27 -
30oC. Bilamana air permukaan yang hangat ini dipakai
dalam kombinasi dengan air yang lebih dingin (5 - 7oC)
pada kedalaman 500 - 600 meter, maka suatu sumber energi panas yang relative
besar akan tersedia.
Laut merupakan sumber daya alam
terbarukan yang tersedia dalam jumlah yang tak terhingga. Luas lautan di
seluruh dunia hampir menyelimuti 70% permukaan bumi, di mana permukaan laut
dipanaskan secara terus menerus dengan bantuan sinar matahari, dan sekitar 90%
dari energi matahari yang menyinari lautan ditampung oleh laut. Hal ini
menjadikan laut sebagai penampung energi sinar matahari dan sistem penyimpanan
energi yang terbesar di dunia, sehingga sangat potensil untuk dimanfaatkan.
OTEC
(Ocean Thermal Energy Conversion, atau Konversi Energi Termal Kelautan) adalah
teknologi energi yang mengubah radiasi sinar matahari yang tersimpan di lautan
menjadi tenaga listrik. Sistem OTEC memanfaatkan perbedaan suhu antara
permukaan air laut dengan laut dalam sebagai penggerak siklus pembangkit
energi. Walaupun untuk saat ini kondisi keekonomian produksi energi dunia belum
memungkinkan untuk mendanai pengoperasian instalasi OTEC secara
berkesinambungan, OTEC merupakan satu alternatif sumber energi yang menjanjikan
terutama bagi komunitas di daerah tropis.
PRINSIP KERJA
Pada
teknologi konversi energi panas laut atau KEPL (Ocean Thermal Energy
Conversion,
OTEC), siklus Rankine digunakan untuk menarik arus-arus energi
termal
yang memiliki sekurang-kurangnya selisih suhu sebesar 20oC. Pada saat ini
terdapat
dua siklus daya alternatif yang dikembangkan, yaitu siklus Claude terbuka dan
siklus tertutup.
Siklus
terbuka dengan mendidihkan air laut yang beroperasi pada tekanan rendah,
menghasilkan uap air panas yang melewati turbin penggerak/generator. Siklus
tertutup menggunakan panas permukaan laut untuk menguapkan fluida pengerak
dengan Amonia atau Freon. Uap panas menggerakan turbin, kemudian turbin
berkerja menghidupkan generator untuk menghasilkan listrik. Prosesnya, air laut
yang hangat dipompa melewati tempat pengubah dimana fluida pemanas tekanan
rendah diuapkan hingga menjalankan turbo-generator.
Air
dingin dari dalam laut dipompa melewati pengubah kedua mengubah uap menjadi
cair kemudian dialiri kembali dalam sistem.
Dalam
siklus Claude terbuka, air laut digunakan sebagai medium kerja maupun sebagai
sumber energi. Air hangat yang berasal dari permukaan laut diuapkan dalam suatu
alat penguap (flash evaporator) dan menghasilkan uap air dengan tekanan yang
sangat rendah, lk 0,02 hingga 0,03 bar dan suhu kira-kira 20oC. Uap itu memutar
sebuah turbin uap yang merupakan penggerak mula bagi generator yang
menghasilkan energi listrik.
Karena
tekanan uap itu rendah sekali maka ukuran-ukuran turbin menjadi sangat besar.
Setelah melewati turbin, uap yang sudah dimanfaatkan dialirkan ke sebuah
kondensor yang menghasilkan air tawar. Kondensor didinginkan oleh air laut yang
berasal dari lapisan bawah permukaan laut. Dengan demikian, metode dengan
siklus Claude ini menghasilkan energi listrik maupun air tawar. Masalah dengan
metode ini adalah bahwa ukuran-ukuran turbin menjadi sangat besar oleh karena
tekanan uap yang begitu rendah. Sebagai contoh, sebuah modul sebesar 1MW yang
terdiri atas penguap, turbin dan kondensor, akan memerlukan ukuran garis tengah
dan panjang 1meter.
Gambar 1. (Skema Prinsip Konversi Energi Panas Laut Siklus Terbuka)
0 Komentar