Pemuliaan tanaman merupakan suatu metode
eksploitasi potensi genetik tanaman untuk mendapatkan kultivar atau varietas
unggul baru yang berdaya hasil dan berkualitas tinggi pada kondisi lingkungan
tertentu (Guzhov 1989, Stoskopf et al. 1993, Shivanna and Sawhney 1997, Mayo
1980). Eksploitasi potensi genetik tanaman semakin gencar setelah dicetuskannya
revolusi hijau. Sejak itu, pemulia tanaman telah berhasil memperbaiki tanaman
untuk sifat kualitatif maupun kuantitatif yang mempengaruhi penampilan
agronomis maupun preferensi konsumen menggunakan pengamatan fenotipik yang
dibantu dengan metode statistik yang tepat. Beberapa masalah yang sering muncul
melalui pendekatan tersebut seperti yang disarikan oleh Lamadji et al. (1999)
di antaranya adalah (i) memerlukan waktu yang cukup lama; (ii) kesulitan
memilih dengan tepat gen-gen yang menjadi target seleksi untuk diekspresikan
pada sifat-sifat morfologi atau agronomi karena penampilan fenotipe tanaman
bukan hanya ditentukan oleh komposisi genetik, tetapi juga oleh lingkungan
tumbuh tanaman; (iii) rendahnya frekuensi individu yang diinginkan yang berada
dalam populasi seleksi yang besar untuk mendapat hasil yang valid secara
statistik; (iv) fenomena pautan gen antara sifat yang diinginkan dengan sifat
tidak diinginkan sulit dipisahkan saat melakukan persilangan. Dengan semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi molekuler pada awal tahun 80an,
telah ditemukan teknologi molekuler berbasis DNA. Markah molekuler merupakan
alat yang sangat baik bagi pemulia dan ahli genetik untuk menganalisis genom
tanaman. Sistem ini telah merevolusi bidang pemetaan genetik, antara lain dapat
digunakan untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan keragaman genetik,
klasifikasi dan filogeni yang berhubungan dengan pengelolaan plasma nutfah, dan
alat bantu dalam pemuliaan dan seleksi melalui penandaan gen. Pada akhirnya
dapat digunakan sebagai suatu cara untuk pengklonan gen yang difasilitasi oleh
peta markah molekuler. Tulisan ini membahas beberapa strategi pemanfaatan
markah molekuler dalam pemuliaan jagung.
Markah molekuler adalah suatu penanda pada level DNA yang menawarkan
keleluasaan dalam meningkatkan efisiensi pemuliaan konvensional dengan
melakukan seleksi tidak langsung pada karakter yang diinginkan, yaitu pada
markah yang terkait dengan karakter tersebut. Markah molekuler tidak
dipengaruhi oleh lingkungan dan dapat terdeteksi pada semua fase pertumbuhan
tanaman. Oleh karena markah molekuler dapat mengkarakterisasi ,galur-galur
secara langsung dan tepat pada level DNA sehingga dapat dibentuk kelompok
heterotik dan pola heterotik, yang dapat memandu para pemulia dalam menyeleksi
kandidat tetua hibrida secara cepat, tepat, dan efisien. Selain itu,
markah-markah tersebut dapat bermanfaat dalam mengidentifikasi perbedaan
tanaman secara individu melalui profilprofil unik secara alelik yang
diaplikasikan dalam perlindungan kultivar tanaman. Kemiripan genetik dari dua
genotipe dapat diperkirakan secara tidak,langsung dari data pedigree dan
melalui markah molekuler (isozim, protein dan markah DNA). Markah DNA dapat
digunakan pula sebagai alat bantu seleksi (MAS = Marker-Assisted Selection), di
mana seleksi hanya didasarkan pada sifat genetik tanaman, tanpa intervensi
faktor lingkungan. Dengan demikian, pemuliaan tanaman menjadi lebih tepat,
cepat dan relatif lebih hemat biaya dan waktu.Teknologi markah molekuler
0 Komentar