1. pengertian
Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
2. Berbagai
Cara Memperoleh
Pengetahuan
Dari
berbagai cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan
sepanjang sejarah, dapat dikelompokan menjadi dua yakni :
a. Cara
tradisional atau non alamiah
Cara
kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,
sebelum diketemukan metode ilmiah atau metode penemuan secara sistimatik atau
logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :
1)
Cara coba salah (trial and error)
Cara
yang paling sederhana, yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh
pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal “
trial and error “. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba-coba ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula,
maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga dan apabila kemungkinan ketiga
gagal dicoba kemungkinan yang ke empat dan seterusnya, sampai masalah tersebut
dapat terpecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut dengan metode trial (coba)
and error (gagal atau salah) atau metode coba-salah atau coba-coba
(Notoatmodjo, 2003).
2) Cara
kekuasaan atau otoritas
Dalam
ehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan
tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan
turun-temurun dari generasi kegenerasi berikutnya.
Prinsip
ini adalah orang lain menerima pendapat yang akan ditemukan oleh orang yang
mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan
kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran
sendiri. Hal ini disebabkan karena orang menerima pendapat tersebut menganggap
bahwa apa yag dikemukakannya adalah sudah benar (Notoatmodjo, 2003).
3) Berdasarkan
pengalaman pribadi
Pengalaman
adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud
bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan
cara mengulang kembali penglaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2003).
4) Melalui
jalan pikiran
Sejalan
dengan perkembangan kebudayaan manusia, cara berfikir manusia pun ikut
berkembang. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia
telah mengguanakan jalan pikirannya, baik melalui induksi ataupun deduksi.
Apabila
proses pembuatan kesimpulan itu melalui pertanyaan-pertanyaan khusus kepada
yang umum dinamakan induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari
pertanyaan-pertanyaan kepada yang khusus.
a) Induksi
Dalam pemikiran induksi
pembuatan kesimpulan berdasarkan pengalaman-penglaman yang ditangkap oleh
indra. Kemudian disimpulkan disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan
seseorang untuk memahami suatu gejala. Karena proses berfikir induksi itu
beranjak dari hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat
dikatakan bahawa induksi beranjak dari hal-hal yang kongkret kepada yang
abstrak (Notoatmodjo, 2003).
b) Deduksi
Aristoteles (384-322
SM) mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang disebut
“silogisme”. Silogisme ini merupakan suatu bentuk deduksi yang memungkinkan
seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik. Disini terlihat
proses berfikir berdasarkan pada pengetahuan yang umum mencapai pengetahuan
yang khusus.
Silogisme sebagai
bentuk berfikir deduksi yang teratur terdiri dari tiga pertanyaan atau posisi,
yaitu :
Premis mayor, yang
berisi pertanyaan yang bersifat umum. Premis minor, sifatnya lebih khusus dari
pertanyaan pertama. Konklusi atau konsekuen, adalah kesimpulan.
Silogisme dibagi
menjadi dua macam, yakni silogisme kategoris ialah proses berfikir, dengan
melakukan penyelidikan identitas (kesamaan) atau diversitas (perbedaan) dua
konsep obyektif, dengan membndingkan ketiga konsep secara berturut-turut.
Sedangkan silogisme hipotesis ialah silogisme, dimana premis mayornya merupakan
pertanyaan hipotesis, dan premis minornya mengakui atau menolak salah satu
bagian dari premis mayor tersebut (Notoatmodjo, 2003).
3. Cara
modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara
baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada deasa ini disebut “metode
penelitian ilmiah” (research methodologi). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh
Francis Bacon (1561-1626). Mula-mula ia mengadakan pengamatan langsung terhadap
gejala-gejala alam atau kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatan tersebut
dikumpulkan kemudian diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum.
Kemudian metode ini dikembangkan oelh Deobold Van Dalend. Ia mengatakan bahwa
memperoleh kesimpulan dilakukan dengan observasi langsung, dan membuat
pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang
diamatinya (Notoatmodjo, 2003).
4. Tingkatan
pengetahuan
Pengetahuan
diperoleh daripengalaman sendiri atau pengalaman orang kain. Menurut
notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan :
a. Tahu
(know)
Tahu diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik
dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah deterima. Oleh
sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami
(comprehension)
Memahami diartikan
sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang
diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menyimpulkan,
menyebutkan.
c. Aplikasi
(aplication)
Aplikasi dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis
(Analysis)
Analisis adalah suatu
kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen, tetapi
masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dan penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya,
e. Sintesis
(Sinthesis)
Sintesis menunjukan
kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari farmasi-farmasi yang ada.
f. Evaluasi
(Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-ktriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari
subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat kita sesuikan dengan tingkatan-tingkatan di atas
(Notoatmodjo, 2007).
0 Komentar