Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

MAKALAH TEKNIK PENDIDIKAN PENYULUHAN DAN KONSELING KESEHATAN GIGI DAN MULUT

 


MAKALAH TEKNIK PENDIDIKAN PENYULUHAN DAN KONSELING KESEHATAN GIGI DAN MULUT

 

 

 

 

Di susun oleh :

Evita Sari

Filemon Arnesto Sianturi

Iko Wibowo

Santi Sasmita

Saut Parulian Sitorus

Sri Hartati

 

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TANJUNGKARANG

D3 KEPERAWATAN GIGI

2014/2015

 

KATA PENGANTAR

 

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan izin-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Kesehatan Masyarakat  ini yang berjudul “TEKNIK PENDIDIKAN PENYULUHAN DAN KONSELING KESGILUT ” tepat pada waktunya.

Selama penyusunan tugas ini penulis menyadari ada sedikit hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan, bimbingan, pengarahan, petunjuk serta dorongan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan tugas ini.  Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak sekali kekurangan dalam  penyusunan Tugas Mata Kuliah Pendidikan  Kesehatan Gigi  ini. Oleh sebab itu arahan, saran dan  kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan  tugas ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

 

 

 

                                                                             Bandar Lampung, 11 mei 2015

 

 

                                                                             Penulis

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

Perilaku adalah aksi, reaksi, terhadap perangsangan dari lingkungan bisa

berupa respon pasif atau tanpa tindakan, maupun aktif dengan tindakan. Perilaku

dapat mengalami suatu perubahan yang relative menetap. Perubahan perilaku

terjadi melalui suatu proses belajar, latihan, dan pengalaman. Belajar adalah

kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam

penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan, sehingga keberhasilan

pencapaian tujuan pendidikan amat bergantung pada proses belajar selama anak

berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya. Perubahan dan

kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung

dalam belajar.

Proses belajar merupakan bagian dari sebuah proses pendidikan. Melalui

proses pendidikan terjadi penambahan atau pengurangan serta penyempurnaan

pola perilaku, sehingga diperoleh hasil lebih baik. Pendidikan kesehatan gigi dan

mulut merupakan suatu proses pendidikan yang timbul atas dasar kebutuhan

kesehatan gigi dan mulut yang bertujuan untuk menghasilkan kesehatan gigi dan

mulut yang baik dan meningkatkan taraf hidup. Pendidikan dapat disampaikan

kepada anak melalui ceramah ataupun demonstrasi langsung dengan model.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.  PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Pendidikan kesehatan gigi adalah suatu proses belajar yang timbul oleh karena adanya kebutuhan kesehatan sehingga menimbulkan aktivitas-aktivitas perseorangan atau masyarakat dengan tujuan untuk menghasilkan kesehatan yang baik. Proses pendidikan adalah proses transformasi atau perubahan kemampuan potensial seseorang menjadi kemampuan nyata untuk meningkatkan taraf hidup lahir dan batin. Proses pendidikan adalah terbentuk dan adanya perubahan perilaku karena proses interaksi antara individu dengan lingkungan dan terjadi melalui suatu proses. Perubahan yang diharapkan terjadi dalam proses pendidikan bukanlah sekedar penambahan atau pengurangan perilaku atau keterampilan, namun perubahan struktur pola perilaku dan pola kepribadian menuju pola yang makin sempurna. Perubahan kualitas tingkah laku secara implisit adalah kemampuan dan keterampilan siswa bertambah untuk mengerjakan beraneka ragam tugas dan pekerjaan.

Proses pendidikan bergantung pada partisipasi seseorang, dan diharapkanterjadi komunikasi yang bersifat dua arah. Keuntungan dari komunikasi yang bersifat dua arah di dalam pendidikan yaitu dapat memberikan suatu informasi baru. Hasil akhir yang diharapkan melalui proses pendidikan yaitu individu  mempunyai kemampuan dan keterampilan secara mandiri meningkatkan taraf hidup lahir bathin, dan meningkatkan perannya sebagai pribadi, anggota keluarga, dan makhluk Tuhan. Pendidikan kesehatan gigi pada anak yaitu suatu usaha yang secara emosional akan menghilangkan rasa takut, menumbuhkan rasa ingin tahu, mau mengamati, dan akhirnya secara fisik akan melakukan aktivitas sedemikian rupa sehingga baik untuk kesehatan pribadi. Maksud dan tujuan pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak pada hakekatnya adalah memperkenalkan anak dengan dunia kesehatan gigi serta segala persoalan mengenai gigi, sehingga mampu memelihara kesehatan gigi, melatih anggota badan anak sehingga mereka dapat membersihkan gigi sesuai dengan kemampuannya, dan mendapatkan kerjasama yang baik dari anak bila memerlukan perawatan pada giginya. Pendapat lain menyebutkan bahwa tujuan pendidikan kesehatan gigi dan mulut adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut, dapat berperan aktif dalam upaya menunjang kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut, merubah pola tingkah laku seseorang untuk hidup sehat khususnya yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut, serta menunjang pembangunan kesehatan secara umum.

 

B.   PENYULUHAN

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan mampu melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Menurut Rusli, pola penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak lebih berhasil jika dilakukan dengan berpedoman pada proses belajar dan bermain. Oleh karena itu, metode bermain dianggap lebih efektif dibandingkan metode ceramah. Hasil penelitian Makuch membuktikan bahwa metode bermain dapat meningkatkan pengetahuan anak lebih baik dibandingkan dengan metode ceramah. Penelitian yang dilakukan oleh Fuller pada anak-anak SD di Inggris, menunjukkan bahwa metode bermain telah menjadi pelopor kesehatan secara lisan dalam promosi kesehatan gigi dan mulut. Penyuluhan merupakan metoda yang sering digunakan di dalam pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Metode penyuluhan yang umum digunakan adalah metode didaktik (one way method) dan metode sokratik (two way method).

Pada metode didaktik pendidik cenderung aktif sedangkan siswa sebagai sasaran pendidik tidak diberi kesempatan mengemukakan pendapat. Ceramah merupakan salah satu metode didaktik yang baik digunakan pada pendidikan kesehatan gigi dan mulut untuk anak-anak sekolah dasar. Tujuan metode ini adalah pemberian pengetahuan sebanyak mungkin. Keuntungannya adalah dapat diterima oleh siswa yang tidak mau membaca, mudah, serta murah. Kerugiannya adalah tidak memberi kesempatan kepada pendengarnya untuk berpartisipasi serta kurang diketahui umpan baliknya, karena ide hanya timbul dari satu orang. Metode sokratik dilakukan dengan komunikasi dua arah antara siswa dan pendidik. Peserta didik diberikan kesempatan mengemukakan pendapat dan dua orang atau lebih dengan latar belakang berbeda bekerja sama saling memberikan keterangan dan ikut serta dalam menyatakan pendapat. Salah satu metode sokratik yang tepat digunakan pada pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak-anaksekolah dasar adalah demonstrasi. Pada metode demonstrasi materi pendidikan disajikan dengan memperlihatkan cara melakukan suatu tindakan atau prosedur. Diberikan penerangan-penerangan secara lisan, gambar-gambar, dan ilustrasi.

Tujuan metode demonstrasi yaitu untuk mengajar seseorang atau siswa bagaimana melakukan suatu tindakan atau memakai suatu produksi baru. Keuntungannya dapat menjelaskan suatu prosedur secara visual, sehingga mudah dimengerti dan siswa dapat mencoba pengetahuan yang diterimanya. Kerugian pada metode ini diperlukan alat-alat dan biaya yang besar serta perencanaannya memakan waktu yang lama. Pemakaian alat bantu dalam merubah perilaku anak merupakan hal yang sangat penting. Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang dipakai oleh pendidik di dalam menyampaikan bahan pendidikan. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga, karena berfungsi untuk membantu memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan. Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap siswa dapaat diterima atau ditangkap melalui panca indera. Alat bantu dalam pendidikan mempunyai peran dalam mempertinggi kemampuan belajar, memperkuat daya ingat, memperbesar minat, dan mempermudah penghayatan. Alat peraga yang bisa dipergunakan adalah alat peraga visual. Alat peraga didengar (audio), alat peraga proyeksi, dan alat peraga langsung atau alamiah.

Alat peraga yang paling efektif pada pendidikan yaitu alat peraga langsung. Alat peraga langsung yang dianggap paling efektif untuk anakanak adalah model. Model yaitu alat peraga yang dapat dilihat dan diamati, yang dapat berupa alat yang sebenarnya ataupun dibuat meniru aslinya. Siswa yang diberi pendidikan dapat melihat, merasakan, dan menelitinya. Alat peraga langsung membantu para siswa dalam mengartikan atau mempelajari suatu bahan belajar. Keberhasilan suatu proses pendidikan kesehatan dapat diukur melalui beberapa indikator seperti pada keberhasilan proses pendidikan pada umumnya, yaitu pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge). Pengetahuan adalah merupakan hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Indikator kedua yaitu sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude). Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Indikator ketiga adalah praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice)

 

C. Teknik-teknik konseling dalam penyuluhan :

Teknik konseling yaitu cara yang digunakan  oleh seorang konselor dalam hubungan konseling untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan, yakni nilai-nilai sosial, budaya, dan agama.

            Berbicara masalah teknik konseling, maka kita tidak akan luput dari respons yang ditampilkan oleh klien dihadapan konselor. Respon tersebut dapat berupa ucapan atau bahasa tubuh. Barbara F.Okun (1987) membagi respons klien dalam dua hal, yaitu:

1.        Verbal Message, yaitu pesan verbal atau ucapan yang berisi muatan kognitif                 dan efektif.

2.        Non-Verbal Message merupakan pesan dengan muatan efektif dan psikomotor.  

 

Ragam Teknik-Teknik Konseling

1.        Melayani :

Seorang konseling itu harus dapat melayani kliennya dengan sangat baik, menurut willis (2009) Attending yang baik ini sangat di butuhkan karena dapat :

a.       Meningkatkan harga diri klien

b.      Menciptakan suasana yang aman

c.       Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.

 

 

 

2.        Empati :

Empati dapat diartikan sebagai kemampuan konselor untuk dapat merasakan dan menempatkan dirinya di posisi klien. Hal ini akan terlihat jelas pada ekspresi wajah dan bahasa tubuh konselor. Contoh, ketika klien merasa sedih, maka konselor harus bisa merasakan kesedihan kliennya.

 

3.        Refleksi :

Refleksi adalah upaya konselor memperoleh informasi lebih mendalam tentang apa yang dirasakan oleh klien dengan cara memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien.

 

4.        Eksplorasi :

Adalah suatu keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien. Disini seorang konselor harus dapat memahami dan mengerti apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh klien, agar klien bebas mengungkapkan masalahnya tanpa rasa takut, tertekan maupun terancam.

 

5.        Menangkap pesan utama :

Seorang konselor dapat memahami dan menyampaikan kembali inti pernyataan klien secara lebih sederhana. Untuk mengatakan kepada klien bahwa konselor bersama dia, dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan klien.

 

6.        Bertanya untuk membuka percakapan :

Seorang konselor hendaknya bertanya seperti bagaimana, bolehkah dsb. Untuk memulai percakapan. Agar tidak adanya suasana canggung yang dirasakan klien. Pertanyaan-pertanyaan terbuka ini sangat penting untuk memunculkan pertanyaan-pertanyaam baru dari klien.

 

7.        Bertanya tertutup :

Bentuk pertanyaan tertutup ini dimulai dengan kata-kata seperti “apakah”, “adakah”. Tujuannya untuk mengumpulkan informasi, menjernihkan atau memperjelas sesuatu.

 

 

8.        Dorongan minimal :

Dorongan yang diberikan konselor bertujuan agar klien bersemangat menyampaikan masalahnya dan mengarahkan pembicaraan agar mencapai sasaran dan tujuan konseling.

 

 

9.        Interpretasi :

Seorang konselor harus menggunakan teori-teori konseling dan menyesuaikannya dengan permasalahan klien. Teknik ini bertujuan memberikan rujukan dan pandangan atas perilaku klien agar mengerti dan berubah melalui pemahaman dan hasil rujukan baru tersebut.

 

10.    Mengarahkan :

Konselor harus memiliki kemampuan mengarahkan kliennya, agar klien dapat berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling, dan mengikuti apa yang diperintahkan atau diucapkan oleh konselor.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

 

1.E.A. Munro, R.J. Manthei, J.J. Small. PENYULUHAN (counseling).

2. Dr, Namora lumongga lubis, M.Sc. Memahami dasar-dasar konseling, Jakarta, Kencana, 2011

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar