MAKALAH
FARMAKOLOGI
Disusun oleh
Berti
Maulinda
Febri
Nurrohmah
Khoirunnisa
Noeraini
Almaida Rosha
Saut
Parulian Sitorus
Yunita Ratnasari
D III KEPERAWATAN GIGI
POLTEKKES TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata FARMAKOLOGI.
Makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswa . Penyusun mohon maaf apabila
dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam pemilihan kata
maupun penyajiannya. Untuk itu, penyusun mengharapkan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini. Atas saran yang diberikan, penyusun menghaturkan
terimakasih.
Bandar Lampung, 28 Mei
2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Cover......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.............................................................................................. 1
B.
Masalah........................................................................................................ 1
C.
Tujuan.......................................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian............................................................................................................ 2
B.
Pembuatan Antibiotika ........................................................................................ 8
C.
Mekanisme Kerja ................................................................................................ 1
D. Golongan Obat
Antibiotika....................................................................................
BAB III PENUTUP................................................................................................. 13
A.
Kesimpulan................................................................................................. 13
B.
Saran...............................................................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Farmakologi
merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun unutk seorang dokter ilmu ini
dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan,
diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain agar mengerti bahwa penggunaan obat
dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit.
Antiboitika
ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik juga dapar dibuat
secara sintesis. Antimikroba diartikan sebagai obat pembasmi mikroba khususnya
yang merugikan manusia.
B.
Masalah
- Apa yang dimaksud dengan Antibiotik?
- Bagaimana cara pembuatan Anti biotik?
- Bagaimana mekanisme kerja dari obat antibiotik?
- Golongan-golongan obat antibiotik.
C.
Tujuan
Adapun tujuan kami membuat makalh ini
adalah :
- Untuk mengetahui dan memahami tentang golongan obat
antibiotic.
- Untuk mengetahui tentang cara pembuatan obat
antibotic, mekanisme kerja dan golongan-golonganya.
- Untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Antibiotika ialah
zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membasmi jenis mikroba lain.
Antibiotika ( latin : anti = lawan, bios = hidup ) adalah xzat-zat kimia yang
dihasilkan miro organisme hidup tertuam fungi dan bakteri ranah. Yang memiliki
kahsiat mematikan atau mengahambat pertumbuahn banyak bakteri dan beberapa
virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil.
B.
Pembuatan Antibiotika
Pembuatan
antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana mikro organisme
dibiak dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus. Kedalam cairan
pembiakan disalurkan oksigen atau udara steril guna mempercepat pertumbuhan
jamur sehingga produksi antibiotiknya dipertinggi setelah diisolasi dari cairan
kultur, antibiotika dimurnikan dan ditetapkan aktifitasnya beberapa antibiotika
tidak dibuat lagi dengan jalan biosintesis ini, melakukan secara kimiawi,
antara lain kloramfenikol
Aktivitas
Umumnya dinyatakan dalam suatu berat (mg),kecuali zat yang belum sempurna
pemurniannya dan terdiri dari campuran beberapa zat misalnya polimiksin B
basitrasin, atau karena belum diketahui struktur kimianya, seperti, nistatin.
C.
Mekanisme Kerja
Beberapa
antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosforin) atau
membran sel (kleompok polimiksin), tetapi mekanisma kerja yang terpenting
adalah perintangan selektif metabolisme protein bakteri sehingga sintesis
protein bakteri, sehingga sintesis protein dapat terhambat dan kuman musnah
atau tidak berkembang lagi misalnya kloramfenikol dan tetrasiklin.
Diluar bidang
terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai zat gizi tambahan guna
mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi penisilin, tetrasiklin
erithomisin atau basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam sehari harinya,
bertumbuh lebih besar dengan jumlah makanan lebih sedikit.
D.
Golongan Obat Antibiotika
1.
Penisilin
Penisilin
diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jemis yang
dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzilpenisilin ternyata
paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasl
dari sicilia (1943) penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara
menghambat sintesi dinding sel.
Pensilin
terdiri dari :
a.
Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
1)
Benzil Penisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih,
otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Kontraindikasi : hipersensitivitas (
alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2)
Fenoksimetilpenisilin
Indikasi : tonsillitis, otitis media,
erysipelas, demam rematik, prpopiliaksisinfeksi pneumokokus.
b.
Pensilin Tahan Penisilinase
1)
Kloksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus
yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan
fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik
kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan
baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak
kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas (
alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa
urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare
pada pemberian per oral.
2)
Flukoksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus
yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan
fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik
kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan
baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak
kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas (
alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa
urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare
pada pemberian per oral.
c.
Pensilin Spectrum Luas
1)
Ampisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih,
otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan
fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik
kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan
baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak
kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas (
alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa
urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare
pada pemberian per oral.
2)
Amoksisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih,
otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan
fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik
kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan
baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak
kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas (
alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria,
demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian
per oral.
d.
Penisilin Anti Pseudomona
1)
Tikarsilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh
pseoudomonas dan proteus.
2)
Piperasilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
3)
Sulbenisilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
2.
Sefalosforin
Sefalosforin
merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis
dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi
terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
Sefalosforin terbagi atas :
a.
Sefadroksil
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan
(-)
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap
kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat
bervariasi.
efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan
dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala,
Dll
Kontra indikasi : hipersensitivitas
terahadap sefalosforin, porfiria
b.
Sefrozil
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.
c.
Sefotakzim
Indikasi : profilaksis pada pembedahan,
epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
d.
Sefuroksim
Indikasi : profilaksis tindakan
bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae dan N gonorrhoeae.
e.
Sefamandol
Indikasi: profilaksis pada Tindakan 1
pembedahan.
f.
Sefpodoksim
Indikasi: infeksi saluran napas tetapi. Penggunaan ada faringitis dan
tonsillitis, hanya yang kambuhan, infeksi kronis atau resisten terhadap
antbiotika lain.
3.
Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan
spectrum luas. Penggunaannya semakin lama semakin berkurang karena masalah resistansi.
Tetrasiklin terbagi atas :
a.
Tetrasiklin.
Indikasi: eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis (lihat juga keterangan
diatas) klamidia, mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau
sirosis, akne vulganis.
Peringatan: gangguan fungsi hati
(hindari pemberian secara i.v), gangguan fungsi ginjal (lihat Lampiran 3),
kadang-kadang menimbulkan fotosintesis.
Efek samping: mual, muntah, diare, eritema.
b.
Demeklosiklin Hidroklorida
Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas
gangguan sekresi hormone antidiuretik
Perhatinak : kontaindikasi; efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih
sering terjadi pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.
c.
Doksisiklin
Indikasi: tetrasiklin.bruselosis
(kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis kronis , pretatitis kronis, penyakit
radang perlvis (bersama metronidazo)
d.
Oksitetrasiklin
Indikasi ; peringatan; kontaindikasi; efek samping; lihat tetrasilin;
hindari pada porfiria.
Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam
Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj.
50 mg/ vial (K)
Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan
inj. 50 mg/ vial. Kapsul 250 mg (K).
4.
Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal
dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram negative. Aminasin, gentamisin
dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas aeruginosa. Streptomisin aktif
teradap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya sekarang hamper terbatas
untuk tuberkalosa.
a.
Amikasin
Indikasi : infeksi generatif yang
resisten terhadap gentamisin.
b.
Gentamisin
Indikasi : septicemia dan sepsis pada
neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya. Infeksi bilier, pielonefritis dan
prostates akut, endokarditis karena Str viridans. Atau str farcalis (bersama
penisilin, pneumonia nosokomial, terapi tambahan pad meningitis karena
listeria.
Peringatan : gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut ( (sesuaikan dosso,
awasi fungsi ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma),
hindari penggunaan jangka panjang.
Kontraindikasi: kehamilan, miastenia
gravis.
Efek samping : gangguna vestibuler dan
pendengaran, netrotoksista, hipomagnesemia pada pemberian jangka panjang
colitis karena antibiotic.
Dosis : injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse, 2-5 mg/ kg/ hari (
dalam dosis terbagai tiap 8 jam) lihat juga keterangan diatas sesuaikan dosis
terbagi tiap 8 jam ) lihat juga keterangan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam
plasma.
c.
Neomisin Sulfat
Indikasi: Sterilisasi usus sebelum
operasi
d.
Netilmisin
Indikasi: infeksi berat kuman gram
negative yang resisten terhadap gentainisin.
5.
Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotic
dengan spectrum luas, namun bersifat toksik. Obat ini seyogyanya dicadangkan
untuk infeksi berat akibat haemophilus influenzae, deman tifoid, meningitis dan
abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya. Karena toksisitasnya, obat
ini tidak cocok untuk penggunaan sistemik.
Kontraindikasi: wanita hamil, penyusui
dan pasien porfiria
Efeks samping : kelainan darah yang reversible dan irevesibel seperti anemia
anemia aplastik ( dapat berlanjut mejadi leukemia), neuritis perifer, neuritis
optic, eritem multiforme, mual, muntah, diare, stomatitis, glositits,
hemoglobinuria nocturnal.
6.
Makrolid
Eritromisin memiliki spectrum
antibakteri yang hamper sama dengan penisilin, sehingga obat ini digunakan
sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran
napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakteri.
a.
Eritromisin
Indikasi: sebagai alternative untuk
pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis kampilobakter,
pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus, protatitis
kronik, akne vulgaris, dan rpofilaksis difetri dan pertusis.
b.
Azitromisin
Indikasi: infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah genital
tanpa kompliasi.
c.
Klaritromisin
Indikasi : infeksi saluran napas,
infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan lunak; terapi tambahan untuk
eradikasi helicobacter pylori pada tukak duodenum.
7.
Polipeptida
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B,
polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan gramisidin, dan berciri struktur
polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas. Berlainan dengan
antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika ini
dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif terhadap basil
Gram-negatif termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin terhadap kuman
Gram-positif.
Khasiatnya berupa bakterisid
berdasarkan aktivitas permukaannya (surface-active agent) dan kemampuannya
untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga permeabilitas sel
diperbesar dan akhirnya sel meletus. Kerjanya tidak tergantung pada keadaan
membelah tidaknya bakteri, maka dapat dikombinasi dengan antibiotika
bakteriostatik seperti kloramfenikol dan tetrasiklin.
Resorpsinya dari usus praktis nihil, maka hanya digunakan secara parenteral,
atau oral untuk bekerja di dalam usus. Distribusi obat setelah" injeksi
tidak merata, ekskresinya lewat ginjal.
Antibiotika ini sangat toksis bagi
ginjal, polimiksin juga untuk organ pendengar. Maka penggunaannya pada infeksi
dengan Pseu¬domonas kini sangat berkurang dengan munculnya antibiotika yang
lebih aman (gentamisin dan karbenisilin).
8.
Golongan Antimikobakterium
Golongan antibiotika dan kemoterapetka
ini aktif te rhadap kuman mikobakterium. Termasuk di sini adalah obat-obat anti
TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson, etambutol dan
lain-lain.
BAB III
P E N U T U P
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini
adalah
1.
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam
jemis yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R )
benzilpenisilin ternyata paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur
cephalorium acremonium, berasl dari sicilia (1943).
2.
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara
menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan
penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
3.
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin
lama semakin berkurang karena masalah resistansi.
4.
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif
dan gram negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap
pseudomonas aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis
dan penggunaannya sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.
5.
Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat toksik.
Obat ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus
influenzae, deman tifoid, meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi
berat lainnya.
6.
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin,
sehingga obat ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin
mencakup indikasi saluran napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis
karena kampilo bakter.
7.
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin
dan gramisidin, dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan
amino bebas. Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari
jamur, antibiotika ini dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya
aktif terhadap basil Gram-negatif termasuk Pseudomonas, basitrasin dan
gramisidin terhadap kuman Gram-positif.
B. Saran
Diharapkan kepada para pembaca agar dalam pembuatan tugas selanjutnya dapat
lebih baik lagi karena kami akui masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
0 Komentar